Sekilas.co – Perkembangan media sosial dan media digital dalam beberapa tahun terakhir membuat tren pariwisata berubah drastis. Banyak destinasi wisata yang sebelumnya tidak dikenal kini menjadi ramai dikunjungi karena viral di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Fenomena ini menjadikan wisata viral sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tempat-tempat seperti Labuan Bajo, Nusa Penida, dan Lembah Harau menjadi contoh nyata bagaimana media sosial mampu mengangkat popularitas destinasi yang sebelumnya hanya dikenal kalangan terbatas. Cukup satu unggahan dengan pemandangan memukau atau aktivitas unik, destinasi tersebut bisa menjadi sorotan nasional hingga internasional.
Selain media sosial, peran media massa seperti televisi, portal berita, dan majalah digital turut memperkuat eksistensi tempat wisata tersebut. Liputan khusus, ulasan travel, hingga program realitas bertema petualangan sering menjadikan destinasi tertentu sebagai ikon baru pariwisata.
Tak hanya di Indonesia, tren ini juga terjadi secara global. Tempat seperti Cappadocia di Turki, Santorini di Yunani, dan Hallstatt di Austria menjadi populer setelah sering muncul dalam unggahan para influencer dan selebritas dunia. Hasilnya, angka kunjungan melonjak tajam dalam waktu singkat.
Namun, viralnya suatu destinasi tidak selalu berdampak positif. Banyak kasus over-tourism yang menyebabkan kerusakan lingkungan, kenaikan harga lokal, hingga hilangnya keaslian budaya. Oleh karena itu, penting bagi wisatawan dan pengelola untuk tetap menerapkan prinsip wisata berkelanjutan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia bahkan memanfaatkan tren ini sebagai bagian dari strategi promosi. Mereka secara aktif menggandeng kreator konten dan media untuk memperkenalkan destinasi baru di luar Bali dan Jakarta, seperti Likupang, Morotai, dan Mandalika.
Salah satu indikator popularitas destinasi saat ini adalah jumlah tagar dan konten yang beredar di media sosial. Misalnya, hashtag NusaPenida telah digunakan jutaan kali di Instagram, menandakan betapa besarnya ketertarikan publik terhadap destinasi tersebut.
Dengan kekuatan media sosial dan media massa, arah tren wisata kini lebih dinamis dan dipengaruhi oleh kecepatan informasi visual. Oleh karena itu, wisatawan kini tidak hanya mencari tempat indah, tetapi juga pengalaman yang bisa mereka bagikan kembali ke dunia digital.





