Hutan Mangrove Bengkalis dan Mengkapan Surga Ekowisata Pesisir di Riau

foto/istimewa

Sekilas.co – Hutan mangrove Bengkalis dan Mengkapan kian mencuri perhatian sebagai destinasi wisata alam berbasis konservasi di pesisir Riau. Kedua kawasan ini menjadi contoh ekowisata yang menggabungkan keindahan alam, edukasi lingkungan, dan pelestarian ekosistem pesisir yang vital bagi kehidupan laut dan masyarakat sekitar.

Berlokasi di Kabupaten Bengkalis dan sebagian wilayah Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, kawasan mangrove ini memiliki luas ratusan hektare. Didominasi oleh pohon bakau dan api-api, ekosistem ini berfungsi penting sebagai benteng alami terhadap abrasi pantai, tempat hidup berbagai spesies ikan, burung, serta biota laut lainnya.

Baca juga:

Pemerintah daerah dan komunitas lokal telah mengembangkan jalur tracking berupa jembatan kayu di tengah hutan mangrove, memungkinkan pengunjung menikmati keasrian alam tanpa merusak vegetasi. Spot-spot foto Instagramable juga disediakan untuk menarik minat wisatawan muda. Suara burung, udara asin laut, dan suasana rindang menjadikan tempat ini cocok untuk healing maupun edukasi.

Selain rekreasi, kawasan ini juga berfungsi sebagai laboratorium alam. Banyak mahasiswa, peneliti, dan pelajar datang untuk mempelajari ekologi mangrove, keanekaragaman hayati, serta pentingnya konservasi pesisir. Pemerintah provinsi Riau mencatat kawasan ini sebagai salah satu kawasan hutan mangrove terbesar dan terpenting di Sumatera.

Di Mengkapan, pengunjung juga dapat menyusuri sungai kecil dengan perahu nelayan sambil melihat aktivitas tradisional warga seperti mencari kepiting dan udang di antara akar mangrove. Wisata edukatif ini memperlihatkan bagaimana masyarakat setempat hidup berdampingan dan bergantung pada kelestarian hutan mangrove.

Kehadiran hutan mangrove turut memberi dampak ekonomi bagi warga. Sejumlah UMKM lokal mulai tumbuh, menawarkan produk-produk olahan seperti keripik daun bakau, sirup mangrove, hingga kuliner khas pesisir. Homestay dan paket wisata berbasis komunitas pun mulai dikembangkan secara mandiri oleh warga desa sekitar.

Namun, tantangan tetap ada. Perubahan iklim, abrasi, serta aktivitas ilegal seperti penebangan liar dan konversi lahan terus mengancam keberlangsungan kawasan mangrove. Oleh karena itu, upaya kolaboratif antara pemerintah, komunitas, dan wisatawan sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian kawasan ini.

Dengan segala keunikannya, Hutan Mangrove Bengkalis dan Mengkapan layak menjadi destinasi wajib bagi wisatawan yang ingin merasakan keindahan pesisir sekaligus belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ekowisata ini bukan hanya tentang menikmati alam, tetapi juga menghargai kehidupan yang bergantung padanya.

Artikel Terkait