Sekilas.co – Bono Sungai Kampar di Kabupaten Pelalawan, Riau, kini semakin dikenal sebagai salah satu keajaiban alam Indonesia yang mendunia. Fenomena gelombang sungai yang muncul secara alami ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan lokal, tetapi juga peselancar internasional yang datang khusus untuk menaklukkan ombak sungai yang menakjubkan. Bono merupakan peristiwa alam langka yang terjadi ketika arus Sungai Kampar bertemu dengan pasang air laut dari Selat Malaka, menghasilkan ombak tinggi yang bisa mencapai 4 hingga 6 meter.
Gelombang Bono biasanya muncul di sekitar daerah Teluk Meranti, yang kini menjadi pusat wisata alam dan olahraga air di Riau. Ombak sungai ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa menjalar hingga puluhan kilometer ke hulu sungai. Para peselancar menyebut Bono sebagai “tidal bore,” fenomena serupa dengan yang hanya terjadi di beberapa tempat di dunia seperti Brasil, Inggris, dan Kanada. Namun, Bono di Kampar dikenal memiliki gelombang yang lebih panjang dan menantang, menjadikannya surga tersembunyi bagi para penikmat adrenalin.
Setiap tahunnya, pemerintah daerah bersama masyarakat setempat menggelar Festival Gelombang Bono, sebuah ajang wisata dan olahraga yang mempertemukan peselancar dari berbagai negara. Acara ini tidak hanya menampilkan atraksi selancar di sungai, tetapi juga menonjolkan seni dan budaya Melayu Riau, seperti pertunjukan tari zapin, musik tradisional, dan kuliner khas daerah. Festival ini menjadi bukti bahwa Bono Kampar bukan sekadar fenomena alam, melainkan juga simbol kebanggaan masyarakat Pelalawan.
Selain menyuguhkan tantangan ekstrem bagi peselancar, kawasan sekitar Sungai Kampar juga menawarkan keindahan alam yang masih asri. Hutan di sekitar sungai menjadi habitat bagi beragam flora dan fauna khas Sumatera, termasuk burung-burung endemik dan satwa liar. Pemandangan alam yang hijau berpadu dengan gemuruh ombak Bono menciptakan suasana eksotis yang jarang ditemukan di tempat lain.
Akses menuju Teluk Meranti kini semakin mudah. Dari Kota Pekanbaru, wisatawan bisa menempuh perjalanan darat sekitar 5–6 jam menuju Pelalawan, dilanjutkan dengan perahu menyusuri Sungai Kampar. Meskipun perjalanan cukup panjang, keindahan dan keunikan fenomena Bono membuat setiap usaha terasa sepadan. Infrastruktur wisata juga mulai berkembang, dengan adanya penginapan sederhana, perahu wisata, dan pemandu lokal yang siap mendampingi wisatawan.
Bagi masyarakat setempat, Bono bukan hanya daya tarik wisata, tetapi juga bagian dari kehidupan dan tradisi mereka. Dahulu, masyarakat Melayu di Kampar menganggap Bono sebagai makhluk gaib atau pertanda alam. Namun kini, mereka justru menjadikannya sumber rezeki dan kebanggaan daerah. Banyak warga yang beralih profesi menjadi pemandu wisata, penyedia perahu, atau penjual kuliner khas selama musim gelombang.
Selain peselancar dan wisatawan alam, Bono juga menarik perhatian para peneliti dan fotografer dari seluruh dunia. Fenomena ini menjadi objek penelitian mengenai dinamika air pasang dan sistem ekologi sungai tropis. Banyak dokumenter dan film pendek yang telah menyorot keindahan serta misteri gelombang Bono di Kampar, memperkenalkan Riau ke kancah pariwisata internasional.
Dengan keunikan alamnya, Bono Sungai Kampar layak disebut sebagai permata tersembunyi di jantung Riau. Bukan hanya karena ombaknya yang menakjubkan, tetapi juga karena pesona budaya dan keramahan masyarakatnya. Kombinasi antara keajaiban alam, petualangan, dan nilai budaya menjadikan Bono sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia yang patut dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup.





