sekilas.co – Meskipun penggunaan kecerdasan buatan (AI) semakin populer dalam membantu merencanakan liburan, wisatawan tetap perlu bijak agar tidak merugi.
Menurut survei Kaspersky, kurang dari sepertiga responden memercayai AI untuk merencanakan perjalanan (travel planning). Namun, 96% responden merasa puas dengan pengalaman ini, sementara 84% berencana untuk menggunakannya di masa mendatang.
Survei ini dilakukan oleh pusat riset pasar Kaspersky bekerja sama dengan penyedia riset Toluna pada musim panas 2025. Penelitian melibatkan 3.000 responden dari 15 negara, termasuk Argentina, Chili, Tiongkok, Jerman, India, Indonesia, Italia, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Spanyol, Turki, Inggris, dan Uni Emirat Arab. Di puncak musim liburan, Kaspersky meneliti seberapa sering orang menggunakan AI untuk merencanakan agenda perjalanan, serta aspek apa saja yang siap dipercayakan wisatawan kepada kecerdasan buatan.
Survei Kaspersky menunjukkan bahwa AI telah menjadi alat yang tersebar luas di kalangan pengguna internet aktif, dengan 72% responden menggunakannya untuk penelitian. Tempat kedua dan ketiga ditempati AI untuk bekerja (45%) dan belajar (40%). Hiburan dan bereksperimen dengan teknologi masing-masing sebesar 39%.
AI dalam perencanaan perjalanan atau travel planning, dengan 28% pengguna, belum termasuk dalam kategori penggunaan AI paling populer.
Meskipun persentase pengguna AI dalam perencanaan perjalanan relatif kecil, hampir semuanya (96%) puas dengan pengalaman ini. Rinciannya, 44% menyatakan ‘sempurna’ dan 52% menyatakan ‘baik’.
Selain itu, 84% responden berencana menggunakan AI saat mempersiapkan perjalanan di masa mendatang, menandakan layanan AI kemungkinan akan semakin populer sebagai alat perencanaan liburan.
Bagi wisatawan, AI berperan terutama dalam riset. Sebanyak 70% responden yang menggunakan AI mempercayainya untuk menemukan acara dan aktivitas, mencari tempat wisata populer, dan toko suvenir.
Selain itu
66% menggunakan AI untuk memilih akomodasi.
60% membuat daftar restoran dengan bantuan AI.
58% menugaskan AI untuk mencari tiket perjalanan.
Keluarga dengan anak–anak cenderung lebih aktif menggunakan AI untuk mempersiapkan perjalanan dibandingkan audiens tanpa anak, menunjukkan AI membantu menghemat waktu.
Namun, pemesanan melalui AI kurang populer. Hanya 45% memesan hotel, 43% memesan tiket, dan 38% memesan restoran menggunakan bantuan AI.
Menariknya, 45% peserta juga menggunakan AI untuk informasi visa dan migrasi. Meski berguna, kasus penulis Australia yang gagal terbang ke Chili karena saran visa yang salah dari ChatGPT menunjukkan risiko halusinasi AI tetap ada.
Teknologi AI semakin matang dan cepat memenuhi janjinya untuk penelitian dan ide kreatif. Dengan memilih opsi paling sesuai, teknologi ini menjadi alat bantu keputusan penting. Namun, kredibilitas data tetap harus diverifikasi. Keputusan akhir tetap ada di tangan kita,ujar Vladislav Tushkanov, Manajer Grup di Kaspersky AI Technology Research Center.
Periksa kembali informasi AI sebelum melakukan pembelian atau pemesanan.
Gunakan internet seluler atau eSIM agar selalu terhubung dengan keluarga saat di luar negeri.
Periksa jaringan Wi-Fi, gunakan VPN, dan hindari hotspot publik yang tidak dikenal.
Lindungi perangkat pribadi dengan kata sandi kuat dan solusi keamanan andal.
Dengan memanfaatkan AI secara bijak, wisatawan dapat merencanakan liburan yang lebih efisien dan menyenangkan tanpa risiko kerugian.





