Sekilas.co –Wisata hutan mangrove kini semakin populer di kalangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Keindahan panorama alam, udara segar, serta pengalaman unik menjelajahi ekosistem hutan bakau menjadi daya tarik utama. Tidak hanya sebagai lokasi rekreasi, hutan mangrove juga dikenal berperan penting menjaga ekosistem pesisir dan melindungi wilayah dari abrasi laut.
Sejumlah daerah di Indonesia, seperti Bali, Surabaya, Bekasi, hingga Papua, tengah gencar mengembangkan wisata hutan mangrove sebagai destinasi unggulan. Data Kementerian Pariwisata mencatat, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan hutan bakau meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir. Tren ini didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap wisata alam yang ramah lingkungan.
Di Surabaya, Hutan Mangrove Wonorejo menjadi salah satu contoh sukses. Setiap akhir pekan, kawasan ini dipadati wisatawan yang ingin menikmati pemandangan hutan bakau dengan perahu. Selain itu, fasilitas jembatan kayu yang membelah hutan membuat pengunjung dapat berjalan santai sembari menikmati hijaunya pepohonan. Pihak pengelola juga menyiapkan spot foto yang menarik perhatian kaum muda.
Tak kalah menarik, Bali juga memiliki kawasan konservasi mangrove di Denpasar yang dikelola dengan baik. Selain wisata, kawasan ini sering dijadikan lokasi edukasi lingkungan bagi siswa dan mahasiswa. Melalui kegiatan penanaman mangrove, wisatawan bisa turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Inisiatif ini mendapat apresiasi luas karena menggabungkan konsep rekreasi dengan konservasi.
Salah satu alasan wisata hutan mangrove banyak disukai adalah suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota. Wisatawan bisa merasakan pengalaman berbeda dibandingkan destinasi wisata modern. Udara yang sejuk, suara burung, dan riak air laut yang tenang menciptakan suasana damai yang jarang ditemui di kawasan perkotaan.
Pengembangan wisata hutan mangrove juga berdampak positif pada ekonomi masyarakat sekitar. Banyak warga lokal yang terlibat dalam penyediaan jasa perahu, penjualan makanan khas, hingga pemandu wisata. Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, peluang usaha baru pun terbuka lebar, memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat pesisir.
Namun, tantangan tetap ada. Peningkatan jumlah wisatawan perlu diimbangi dengan pengelolaan yang berkelanjutan agar ekosistem mangrove tidak rusak. Para ahli lingkungan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pariwisata dan konservasi. Jika tidak diatur dengan baik, keberadaan wisata justru bisa mengancam habitat satwa dan kelestarian hutan bakau.
Meski begitu, prospek wisata hutan mangrove diyakini terus cerah. Dengan konsep pariwisata berkelanjutan, destinasi ini tidak hanya menghadirkan keindahan alam, tetapi juga mendukung edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Tidak mengherankan jika wisata hutan mangrove semakin disukai dan menjadi salah satu pilihan utama wisatawan yang mendambakan pengalaman alami sekaligus bermakna.





